Photo by Nishe |
Ceritakan
padaku, perempuan mana yang tak mencintai kesedihan?
*
Perempuan adalah makhluk yang tak pernah kikir dalam memikirkan segala jenis perkara. Kalau masalahnya bernilai 100, mereka akan memikirkannya 10 kali lebih banyak, mengalikannya dengan prasangka buruk 10 kali lipat, dan menambahkan kesimpulan yang ia buat sendiri dengan 10 macam versi.
Baik ya?
Bahkan untuk memperdalam luka mereka sendiri pun mereka tak pernah tanggung-tanggung. All out. Totalitas.
Saya lalu teringat salah satu postingan yang pernah Bang Darwis Tere Liye tulis di laman Facebook-nya.
"Anak
cewek itu harus gesit, tangguh, cekatan, rajin dan sifat yang lebih mendasar
lainnya.
Kalau
cuma imut, lucu, menggemaskan, warna-warni, saya rasa boneka Barbie juga punya
sifat artifisial seperti itu.
Jadilah
anak cewek yang mandiri, punya cita-cita, dan bisa diandalkan."
Jangan pernah jadikan status
"perempuan"-mu sebagai alasan untuk "sah-sah saja"
merajuk pada siapa pun. Manja memang salah satu sifat dasar perempuan dari ras
mana pun ia dilahirkan. Namun menjadi mandiri adalah pilihan
masing-masing dari mereka. Tak semua mau memang, karena siapa yang ingin
memilih jadi mandiri kalau bermanja-manja adalah opsi yang lebih menyenangkan?
Tapi adakah yang tahan mendengar seorang perempuan merajuk terus-terusan
sepanjang hari? Mengeluh tentang ini dan itu? Membuang nafas dengan kesal dan
menangis kalau permintaannya tak dituruti? Yakin ada pria yang sanggup
menghabiskan sisa umurnya untuk menikah dengan perempuan seperti ini?
Salah satu 'kelebihan' orang yang
gemar mengeluh adalah kepandaian mereka membutakan diri melihat hal-hal
kecil untuk disyukuri. Yang tampak hanya sumber keluhan saja. Jarang mau
membuka mata untuk melihat lebih teliti ke pojok-pojok ruang yang jarang
terjamah. Padahal di sana Tuhan kerap menyelipkan nikmat-Nya. Nikmat-nikmat
yang walaupun remeh dan sederhana, namun mampu jadi tungku untuk
jantungmu saat kondisi sedang buruk. Kebiasaan menemukan mereka akan membuat
kantongmu penuh. Dan keluhan tak pernah bisa dibeli dengan kantong yang penuh
akan rasa syukur.
Kamu. Aku. Mereka. Siapa pun punya
masalah. Karenanya jangan pernah merasa sombong bahwa masalahmu adalah yang
paling menyedihkan sejagad raya. Bahwa kau dan masalahmu adalah poros yang
semua makhluk harus dengar dan rasakan.
Yang paham rasa sedihmu adalah
dirimu sendiri. Menceritakannya ke terlalu banyak telinga tak akan pernah
membuat bebannya berkurang. Karena sebagaimana menulis, bercerita adalah cara
lain untuk mengingat sesuatu dengan lebih baik. Adakah pilihan yang lebih
menyenangkan dari mengingat kesedihanmu dua kali lipat lebih kuat?
Jangan manjakan rasa sedihmu.
Sesuatu yang dimanja biasanya akan menetap lebih lama.
"Setiap
orang punya masalah. Ngga usah berasa paling spesial menderitanya."
-falafu-
*
Saya percaya bahwa kedewasaan bukan bertolak pada bilangan
usia. Mereka yang sudah berumur belum tentu jadi yang paling bijak dalam
bersikap. Pun yang muda bukan berarti kerjanya hanya bisa jadi anak labil saja.
Percayalah, bahwa mereka-mereka yang telah berhasil memantaskan sikap dengan cukup baik adalah pribadi-pribadi yang pernah belajar super keras untuk membiasakan diri dengan kata sabar. Apakah mudah berdamai dengan kesabaran? Tergantung. Beberapa orang meyakini bahwa mengaplikasikannya tak lebih mudah dari mengedipkan mata. Beberapa yang lain mengeluh kalau bersabar itu sama sulit dengan bernafas tanpa oksigen. Kamu yang pilih ingin ikut yang mana.
Percayalah, bahwa mereka-mereka yang telah berhasil memantaskan sikap dengan cukup baik adalah pribadi-pribadi yang pernah belajar super keras untuk membiasakan diri dengan kata sabar. Apakah mudah berdamai dengan kesabaran? Tergantung. Beberapa orang meyakini bahwa mengaplikasikannya tak lebih mudah dari mengedipkan mata. Beberapa yang lain mengeluh kalau bersabar itu sama sulit dengan bernafas tanpa oksigen. Kamu yang pilih ingin ikut yang mana.
*
Apa pun
yang kamu lakukan kepada manusia lain dalam konteks "terlalu"
tak akan
pernah berakhir dengan indah.
Terlalu
sayang. Terlalu kangen. Terlalu benci. Terlalu khawatir.
Tahu apa
yang harus dilakukan agar konteks "terlalu" ini tak pernah mampir?
Kadar
perasaanmu, kontrol mereka.
Bukan sebaliknya
Bukan sebaliknya
*
semangat baru muncul setelah membaca tulisan ini, saya menyukai isinya ^^ . thanks
ReplyDeleteAlhamdulillah ^^
DeleteMari belajar menjadi perempuan yang lebih mandiri.
Pasti !! :')
Delete