Thursday, December 26, 2013

November

Photo by Rona Keller


Untukmu, pria bersahaja yang setia memeluk dan dipeluk rasa syukur.
Di manapun kamu berada.


Aku tak yakin surat ini akan menemukan jalannya untuk tiba di tanganmu. Pun sempat mengusik rasa ingin tahumu untuk menyempatkan diri membacanya barang sepatah dua patah kata.

Aku juga tak yakin apakah kau masih mengingatku. Kata orang, pria lebih mudah melupakan hal-hal yang dirasa tak perlu. Siapa tahu namaku terselip di dalam daftar 'hal-hal kurang penting' milikmu. Mungkin saja kan? 

Aku menuliskan surat ini pada dasarnya untuk bercerita. Dan (terutama) berterimakasih. Ucap yang tak akan pernah mampu kusampaikan langsung karena kau, mungkin, tak mengerti untuk apa.

*

Aku ingin berterimakasih pada pertemuan yang dengan baik hati sudah Tuhan rancang. Pertemuan yang dulu sempat kusesali, kubenci, kumaki, kuikhlaskan, dan pada akhirnya kusyukuri. Pertemuan itu, apa jadinya aku tanpanya? Aku bukan aku kalau yang kutemui saat itu bukan kamu. Pun mungkin sebaliknya. Walaupun, untukmu, aku tak yakin aku pernah membawa perubahan yang... baik. Aku merasa aku hanya selewat angin musim panas di hari-harimu yang sederhana. Sementara dalam hidupku kau menjelma jadi empat musim.

Apakah kamu sesantun yang aku pikirkan? Entah. Kau bisa saja lebih buruk dari yang kusangka. Atau mungkin lebih baik. Pada hidup dan cinta, bisa apa kita selain berjudi dengan miliaran kemungkinan? Tak ada.

Pada awalnya aku bingung, kalut, bahagia, dan marah. Aku, hatiku, sedang dirundung musim dingin tak berkesudahan. Lalu kau, tetiba, dengan sangat tidak sopannya memberiku sekarung kelopak Sakura, sepotong coklat... dan cinta. Lalu kemudian pergi.

Begitu saja? Begitu saja.

Kau pikir apa yang harus aku lakukan setelahnya? Bertingkah seolah tidak terjadi apa-apa? Tolong jangan bercanda. Aku perempuan.

Aku mengerti betul alasan apa yang memaksamu untuk pergi. Pun aku paham hal ini bukanlah hal yang mudah untuk kau lakukan. Untuk ku terima. Kita terluka untuk menegakkan prinsip yang paling dihindari jiwa-jiwa muda. Terlalu naif kah?

Ali dengan susah payah menahan rasa sukanya dalam diam ketika ia belum siap meminang Fatimah. Aku pikir seharusnya seperti inilah dirimu bersikap. Cintai aku dalam diam. Atau pergi. Pergi saja yang jauh. Kubur perasaanmu rapat-rapat.

Sampai saat ini pun aku tak habis pikir, kenapa? Kenapa harus dikatakan? Kenapa harus repot-repot menanam bunga kalau sesungguhnya kau berniat untuk membeli tiket kapal, pergi dan tak tahu kapan akan kembali? Maaf, namun karena keputusanmu aku sempat pernah menganggapmu egois, bodoh dan kekanak-kanakan. Cinta? Apakah bisa disebut cinta kalau yang kau lakukan ternyata tak lebih dari sekedar melimpahkan beban lalu melarikan diri?
 
Aku memikirkan hal ini lama. Berulang-ulang. Dan setelah melalui perjalanan panjang melewati sesal dan benci, aku akhirnya memutuskan berlabuh pada kesimpulan bahwa, ya, kau bukan Ali bin Abi Talib. Dan aku bukan Fatimah az-Zahra. We make mistakes. All the time. And this is just one of them.

Prinsip ini begitu sulit ditegakkan. Dan kita, kau dan aku, perlu belajar. Banyak.

Lagipula selain memaafkan, aku bisa melakukan apa? Sakit hati itu mutlak. Despite your best efforts, people are going to be hurt when it's time for them to be hurt. Begitu kata Murakami.

Belasan bulan yang kau titipkan dalam genggamanku membuatku banyak merenung dan menangis. Kalau kau tahu ada berapa banyak malam yang kuhabiskan untuk meneteskan air mata hanya karena keputusan yang pernah kau buat, mungkin kau akan bersimpuh di hadapanku dan meminta maaf. After all, you are a good guy. Semesta mengerti.

Namun aku berterimakasih karena itu. Karena kau menitipiku belasan bulan dingin yang diam. Yang tak pernah menyertakan penjelasan. Yang tak pernah tahu kapan akan pulang. Aku berterimakasih pada rasa sakit hati yang pernah kuciptakan sendiri. Aku berterimakasih pada pemikiran-pemikiran buruk yang dengan sukarela mengantarkanku ke kesimpulan-kesimpulan baik.

Tidak ada yang murni bersalah dan disalahkan dalam kisah ini. Aku pun menanggung kekeliruan sama besar seperti yang pernah kau lakukan. Aku pernah menghilang. Begitu saja? Begitu saja. Aku tak yakin apakah kau acuh akan betapa jarang dan ketusnya aku membalas pesanmu, namun semoga kau mengerti penuh bahwa hal ini pun sebenarnya tak mudah untuk kulakukan. Aku menghormati prinsipmu, itulah mengapa aku melarang diriku sendiri untuk melakukan hal-hal yang bahkan begitu kuinginkan. Harus ada yang memulai untuk menarik garis, dan aku beinisiatif untuk melakukannya lebih dulu. Biar bagaimanapun juga, hubungan ini berbeda. Tanpa adanya batasan, lantas apa bedanya kita dengan mereka?

Aku harap kau mengerti tanpa perlu ku jelaskan. Semoga kesimpulan-kesimpulan baik itu menemukan jalannya ke kepalamu. 

*

Aku berterimakasih karena telah kau sadarkan untuk semakin merapikan tujuan. Bahwa yang seharusnya aku cari bukan yang sempurna, namun yang menyempurnakan. Bukan yang hanya menyenangkan hati, namun juga yang menggenapi. Bukan yang hanya pandai menjumlah angka, namun juga santun dalam berkata-kata. Bukan cuma pasangan untuk saling cinta dan mengasihi, namun juga teman untuk berjuang dan berbagi. Bukan cuma yang sehati, namun juga semisi. Bukan cuma yang sejalan, namun juga setujuan. Bukan pemasung, namun pelindung. Bukan pengatur, namun penuntun. 

Kau mungkin bertanya-tanya, kapan? Bagaimana kau mengajariku?

:) Tolong jangan lupakan kodrat bahwa aku perempuan. Aku adalah makhluk yang mampu memikirkan banyak varian kemungkinan dari hal-hal yang belum sempat kau katakan. Walaupun kali ini aku harus berterimakasih pada segala pemikiran baik yang hujan kirimkan padaku, setiap kali kepalaku mengingatmu.

*

Aku berterimakasih karena telah kau beri pengertian dan pembuktian akan paham paling dasar dari mencintai. 
 
Melepaskan.

Kak Fa pernah bilang dalam bukunya bahwa,"...yang namanya cinta, rasa ingin membahagiakan seharusnya lebih besar dari rasa ingin memiliki." Kau tak membuatku bahagia, namun kau melindungiku dari tempat yang sangat buruk. Paling buruk. Aku rasa mereka bisa dipukul rata. Dan aku harus berterimakasih padamu untuk itu.

"Perlindungan selebih besar apa sih yang bisa ditawarkan seorang laki-laki terhadap perempuan yang ia cintai selain melindunginya dari api Jahanam?"

Aku angkat topi untuk segala usaha yang pernah kau kerahkan untuk mengalahkan ego dan nafsumu sendiri.

You are a man. And you live up to that name.

*

Perlu kau ketahui sebelumnya bahwa apa yang ada padaku sama sekali tak pernah kunamai "cinta". Aku tak ingin kau keliru menganggap 'kekaguman' yang sempat kuaspirasikan dulu justru bermakna lebih. Kau tahu, aku bahkan tak pernah mengerti akan bagaimana jalan pikiranku beroperasi. Ia terlalu rumit untuk dipahami bahkan oleh pemiliknya sendiri. Karenanya aku tak ingin buru-buru memutuskan apakah "ini" adalah "itu". Bukankah kau tahu bahwa Tuhan adalah Maha Pembolak-balik Hati? Kita hanya dua dari triliunan. Kita begitu kecil di hadapan-Nya. Dan bukankah kita juga paham betul bahwa sekali Ia berkata "Terjadi" maka terjadilah?

Semoga kau ingat apa yang pernah ku katakan siang itu di hadapan gelas jus alpukatmu.

"Hei, kita masih muda. Masih ada banyak tahun yang harus kita tempuh di depan sana. Siapa yang tahu dua atau lima tahun lagi kita akan bertemu siapa? Mungkin saja ada seorang perempuan muda berjilbab lebar yang juga seorang dokter gigi tengah menunggumu. Atau mungkin beberapa tahun mendatang ada insinyur dengan iman yang begitu mengagumkan tengah bersiap menemui ayahku. Siapa yang tahu kan? Aku rasa kita sudah sama-sama "besar" untuk mengerti bahwa ikatan semacam pacaran sesungguhnya tidak menjamin apapun. Perasaan "seberbahaya" cinta tak bisa ditali mati dengan ikatan serapuh itu. Karenanya, mari serahkan semuanya pada waktu. Berhenti menebar harapan-harapan yang belum tentu baik kepada seseorang yang belum tentu berhak. Kalaupun kelak kita saling menemukan satu sama lain di ujung perjalanan, mungkin memang begitulah seharusnya lakon ini dimainkan. Biar bagaimanapun, kita selalu butuh 'pergi' untuk menemukan 'pulang', bukan? Dan kalaupun tidak, mungkin ini hanyalah bagian dari perasaan-perasaan yang keliru. Yang memang perlu kita lewati sebagai proses kepindahan menuju perasaan-perasaan yang benar, perasaan-perasaan yang kelak mampu kita pertanggungjawabkan."

 *

p.s.: Maaf, terlambat. Surat ini seharusnya tiba di bulanmu. Bulan kesayanganku.

Wednesday, December 4, 2013

Himpunan Status (2012 - 2013)

Credit goes to the owner

Sama halnya dengan twit-twit (sok) manis yang rajin sekali saya kumpulkan akhir tahun lalu, ternyata bulan-bulan berhujan di penghujung tahun 2012 juga membuat saya bersemangat untuk membanjiri Facebook dengan belasan status-status romantis yang berbait-bait panjangnya. Beberapa orang teman SMA sempat menuliskan pesan untuk saya di wall kalau mereka menyukai status yang saya buat. Sementara banyak dari teman-teman kuliah justru menganggap saya galau. "Tuduhan" galau ini juga yang akhirnya membuat saya memutuskan untuk berhenti menulis status-status berbau manis di Facebook. Bosan juga dibilang galau terus-menerus kalau pada kenyataannya sebagian besar dari tulisan saya bahkan TIDAK bersumber dari pengalaman saya pribadi. Beberapa orang mungkin belum pernah dengar yang namanya 'imajinasi'. Saya maklumi saja lah.

Dan bulan-bulan berhujan di penghujung tahun 2013 ini ternyata tak cukup hebat untuk membangunkan rasa malas saya. Entah lah. Muse saya mungkin sudah minggat entah ke mana.

Malam ini waktu scrolling FB sampai mentok ke bawah, saya tiba-tiba punya niatan untuk mengumpulkan status-status tadi di blog ini. Itung-itung sebagai arsip lah. Kasihan rasanya melihat mereka tertimbun dan miskin pembaca. Saya yakin tidak akan ada yang mengingat mereka di sosial media macam Facebook. Maka biar lah saya bingkai mereka di tempat yang lebih sepi dan homey. Agar sewaktu-waktu, kalau saya kangen, saya bisa membaca mereka lagi, tersenyum, dan bergumam, "Ah. Betapa dulu aku pernah sejatuh-dan-patah hati itu pada sosok yang bahkan belum nyata."

*

September 6, 2012
Kamu itu jalan lurus. Luruuuus banget nggak tau ujungnya. Aku itu bianglala. Muter-muter nggak tau mau kemana.
Kalau begitu, mari melebur. Nanti kita buat lintasan roller coaster kita sendiri :)



 September 8, 2012
Pikiranku itu rumit. Ya, memang.
Tapi untukmu, membaca apa maunya mungkin tak lebih mudah dari membalikkan telapak tangan.

Karena rumitku, ia selalu takluk dengan sederhanamu. Selalu.


September 8, 2012
Perempuan ini, maunya tak banyak. Kau bisa raba kompleksitas dalam jalan pikirannya namun percayalah ia akan selalu jatuh pada hal-hal sederhana.

Perempuan ini, maunya tak banyak. Ia hanya ingin menemukan tempat pulang. Sebidang dada yang salah satu rusuknya dulu pernah ia "curi". Ia ingin menebus dosa dan memeluk pemilik dada itu selama umurnya. Itu saja.


September 9, 2012
Aku memang bawel dan sulit dimengerti, tapi untukmu yang gigih dan tidak pernah menyerah, aku akan dengan sukarela lumer seperti coklat panas di cangkirmu pagi ini.

Lihat perempuan ini, mengerti ia. Cintai ia dengan pantas. Buat ia merasa bahwa ia patut untuk diperjuangkan. Karena ia, dan perasaan kecilnya, mereka bukan lelucon.

Jangan tunda untuk menjatuhinya dengan cinta yang baik dan sederhana. Karena Tuhan, Ia bisa memanggil perempuan ini dan membuatnya tiada. Kapan saja.

  
September 9, 2012
Malam ini saya sedang pandai bersedih. Bahkan membaca dan memeluk kitab-Mu pun tidak mengurangi rasa perihnya. Di saat-saat seperti ini rasa-rasanya saya ingin menculikmu dari masa depan dan meminjam bahumu sejenak untuk menangis.
Menunggumu "pulang" memang bukan hal yang menyenangkan.


September 11, 2012
Karena bagaimanapun sepelenya masalah seseorang di matamu, kamu tetap bukan dia. Kamu bukan orang yang sedang merasakan masalahnya.


September 16, 2012

Aneh memang bagaimana kamu sanggup menyempurnakan aku dengan cara yang sangat sempurna. Terlalu mengagetkan. Mengingat semua doa yang kupanjatkan tiap malam, semua deskripsi pria masa depan yang pernah aku tulis dimana saja, tiba-tiba mewujud dalam satu raga. Kamu.


September 17, 2012

Temukan aku ketika kamu siap. Pulanglah ketika kamu yakin bahwa di sinilah jalan sendirimu harus berhenti dan kamu berkeputusan untuk mencari sepasang kaki lain untuk menemani.

Dan selama itu, aku akan terus ada. Di sini. Memerhati langkahmu dalam diam. Sampai tiba waktunya kamu cukup berani merebut genggamku dan mengajakku untuk saling mengiringi dan menggenapi.


September 17, 2012
Karena kita begitu berbeda, itulah kenapa aku suka kamu. Aku menemukan banyak hal yang tidak aku temukan dalam diriku sendiri dan ini sangat menyenangkan.

Dengan begini bukan seberapa banyak kelebihan yang sanggup aku temukan dalam dirimu yang lebih penting, karena justru aku ingin dipandaikan untuk menjumlah seberapa banyak kekuranganku yang sanggup untuk kau lengkapi :)

September 24, 2012
Jangan suka cemberut, nanti satu-satunya matahariku padam :)


September 25, 2012
"If a writer falls in love with you, you can never die."

 
September 26, 2012
Hari ini saya senang! Bagaimanapun juga bahagia memang sudah seharusnya tidak perlu diingatkan. Itu adalah bagian dari dirimu!

September 27, 2012
Menilai buruk tanpa mengenal baik itu lucu. Ya, kamu.


September 29, 2012
Karena kamu nggak berhak untuk menyesal atas hal apa pun yang sudah kamu pilih dengan sadar.

      
October 4, 2013
Apa-apa yang Tuhan beri, selalu syukuri. Dan apa-apa yang Ia tidak kasih, jangan pernah paksa untuk kamu miliki. Karena sebenar-benarnya rencana adalah milik-Nya. Dan apa-apa yang Ia tahu, tak pernah sekalipun keliru.


October 6, 2012
Aku ingin kamu mencintaiku kurang dari separuh porsi yang kamu punya. Tak kurang dan tak melebihi apa yang telah kamu beri untuk orangtua dan Tuhanmu. Karena jika mereka yang berperan penting dalam eksistansimu saja mampu kamu abaikan dengan mudah, apalagi aku.


October 18, 2012
Hidup ini cuma sebentar. Maka, jangan pandaikan pikirmu untuk mengalikan waktu dan perkara yang menyedihkan. Berat nanti hasilnya. Sebagai ganti, ajari ia untuk mahir menjumlah senyum dan bahagia. Tidak gampang memang. Tapi, siapa yang berani bilang ‘sulit’ kalau belum pernah mencoba?

Bersyukur itu mudah. Kapan pun. Sayangnya, 'merasa kurang' adalah hal yang lebih mudah..


October 18, 2012
"Tapi, tetap saja aku tak tahu apa yang kuharapkan darimu. Kalaupun ada, batasnya rendah dan sederhana. Aku mengharapkan balasan kabar. Ketika kabar balasan datang, yang tidak bisa bohong adalah hati yang senang. Aku mengharapkan perjumpaan singkat. Ketika sampai barisan dibubarkan dan batang hidungmu tak kunjung terlihat, yang tidak bisa bohong adalah hati yang kecewa dan rindu yang menguap ke udara.

Jadi itu, apa namanya?"

(Mengutip dari sebuah cerpen berjudul "Apa Namanya?" karya Kinsia Eyusa Merry)


November 2, 2012
Sebagai tulang rusuk kiri, aku hanya bertugas untuk melengkapi. Bukan mengaburkan rasa cintamu pada orang tua apalagi Yang Esa. Maka dahulukan membahagiakan mereka daripada aku. Karena tanpa mereka kamu tak mungkin ada dan tugasku untuk melengkapimu pun tak akan pernah terlaksana.

Sebagai laki-laki tentu ada banyak hal yang kamu pikirkan sekaligus. Karena kelak kamu akan jadi pemimpin. Dan aku tak pernah menganggap pekerjaan itu adalah hal yang mudah. Bebanmu tentu banyak dan berat. Maka, jika suatu hari aku dengan berani berpikir bahwa aku adalah porosmu satu-satunya yang harus kamu pikirkan setiap waktu, aku picik. Kamu boleh ingatkan aku dan tetap berdiri dengan sabar disini atau pergilah dan temukan wanita yang lebih baik.


November 3, 2012
Pernikahan bagi sebagian orang mungkin hanya semacam selebrasi karena telah berhasil melalui masa bertahun-tahun pacaran yang awet. Atau mungkin sebagai salah satu jalan mencari teman agar tidak mati sendirian ketika tua. Tapi bagiku tidak. Karena menurutku, pernikahan adalah jalan untuk bertukar kebahagiaan dalam kasih dan iman. Dimana saat kamu bersamanya, kamu merasa lebih didekatkan kepada Tuhan. Saling membenarkan dengan cara yang benar. Sampai pada akhirnya kamu mampu menutup usia dengan perasaan yang lengkap. Itu pernikahan yang aku impikan.


November 3, 2012
Aku adalah perempuan yang ceroboh dan kerap salah langkah. Aku sering memikirkan apa yang seharusnya tak perlu kutakutkan. Aku khawatir dengan banyak hal. Tapi kamu? Hei, kamu masih berdiri disitu. Tetap setia mengulurkan tangan kanan dan tersenyum menenangkan. Masih dengan kadar kesabaran yang sama dan cinta yang sama baiknya. Lalu apalagi yang harus aku tuntut?

Dalam banyak kesempatan kamu telah membuktikan bahwa memiliki pria sepertimu adalah hal yang patut aku jaga. Sesuatu yang seharusnya begitu mampu membangkitkan rasa bangga. Maka dari itu aku belajar untuk menjadi perempuan yang pantas digandeng olehmu kelak. Yang semoga tak dipandaikan menuntut muluk-muluk dan diberi kesetiaan untuk menemani langkah kakimu baik ketika kau bersepatu atau tak beralas sekalipun. Yang sabar dan mampu dijadikan sandaran. Yang mengasihi namun juga tak lupa menghormati kodratmu sebagai laki-laki. Agar kelak, ketika di jalan kamu tengah bersama teman, kerabat, atau keluarga dan tanpa sengaja bertemu muka dengan diriku, kamu akan mampu dengan bangga menunjukku dan berkata, “Hei, itu perempuanku."


November 5, 2012
Kamu tahu, jauh di dalam sana ada yang sedang patah dan terbumihanguskan. Mbundet. Sulit dimengerti. Untuk merunutnya pun kamu mungkin bingung yang mana ujung yang mana pangkal. Yang ada hanya sesak saja. Sesak sekali di dada. Untuk diceritakan lewat lisan pun rasa-rasanya kosa kata manapun tidak mampu menjabarkannya. Terlalu picisan. Cheesy. Tapi jauh di dalam sana kamu tahu, ya, ada yang sedang diris kecil-kecil dan lalu ditaburi garam dan air jeruk. Perihnya bukan buatan. Lalu untuk keseribu kalinya kamu tertelan rindu yang seharusnya bukan punyamu. Dan kamu pun lagi-lagi mengerti, dalam rumit pikirmu kamu hanya butuh dipeluk dalam diam dan dibiarkan menangis sesuka hati.

Tuhan, jika perih di dada ini adalah kehendak-Mu, tolong kuatkan aku sampai hujan-Mu berhenti.


November 11, 2012
Namun terkadang, ada kalanya kita harus cukup bersyukur dengan porsi yang Tuhan beri. Mengubur harapan yang mengabu dan tak ter-amini. Dan kamu tahu sayang, sekalipun harapan-harapan itu tak menemukan kesempatan yang sanggup ia genggam, setidaknya aku tahu, bahwa Tuhan pasti mempersiapkan perempuan hebat yang kelak akan melengkapimu lebih dari yang sanggup aku lakukan. Karena kamu pria yang baik. Selalu. Dan aku bahagia karena itu.

Terimakasih karena dengan mengenalmu aku diajarkan untuk tidak lalai menjumlah kebahagiaan sekecil apa pun. Terimakasih karena telah mengajariku bahwa cinta memang sudah sepantasnya bukan tentang dimiliki dan memiliki, namun membahagiakan dan dibahagiakan.


November 21, 2012
"Itu kenapa saya suka sekali dengan manusia yang murah senyum. Yang tidak suka cemberut, seberapa pun buruk harinya dijalani. Adem. Berada di dekatnya saja, saya pasti merasa tenang. Pasti kece banget kalau saya punya suami yang demikian. Yang sabar, yang mampu membuat saya menurut dan hormat padanya bukan karena saya takut dia marahin. Tapi karena saya malu berbuat salah di hadapan pria yang begitu baik dan santun kepada saya. Subhanallah

Bahkan biasanya, fisik yang saya lihat dari seorang pria itu ‘senyum’nya. Barulah bagaimana cara matanya menatap. Apa tatapan itu melegakan, atau kah tatapan itu justru mengintimidasi saya detik itu. Aih, pria yang tatapannya saja sudah melegakanmu. Indah sekali ya pasti bisa menatap mata seperti itu setiap kali kamu terbangun di pagi hari.

Pria sejati, tidak akan pernah berteriak dan membentak perempuan yang tidak dia kenal. Apa lagi perempuan yang dia sayangi. Sayang itu menjaga bukan menggurui. Sayang itu melindungi bukan menguasai. "
-falafu-


November 22, 2012
"Orang-orang yang merindu, namun tetap menjaga perasaannya, takut sekali berbuat dosa, memilih senyap, terus memperbaiki diri hingga waktu memberi kabar baik, boleh jadi doanya menguntai tangga yang indah hingga ke langit. Kalau pun tidak dengan yang dirindukan, boleh jadi diganti dengan yang lebih baik.

Bidadari-bidadari surga, seolah-olah adalah telur yang tersimpan baik." 

(Ash-Shaffat:49)


December 3, 2012
You can't be in love and smart at the same time.


December 10, 2012
"Begini cara kerja sesuatu yang engkau sebut cinta.

Engkau bertemu seseorang, lalu perlahan-lahan merasa nyaman berada di sekitarnya. Jika dia dekat, engkau merasa utuh, dan terbelah ketika dia menjauh. Keindahan adalah ketika engkau merasa ia memerhatikanmu tanpa engkau tahu. Sewaktu kemenyerahan itu meringkusmu, mendengar namanya disebut pun menggigilkan akalmu. Engkau mulai tersenyum dan menangis tanpa mau disebut gila.

(Maka) Bersiaplah.. engkau akan mulai merengek kepada Tuhan. Meminta sesuatu yang mungkin itu telah haram bagimu."

-Tasaro G.K. dalam bukunya Kinanthi-



December 13, 2012
Selama ini, sedapatnya, saya selalu belajar untuk mengerti akan betapa sederhananya jalan pikirmu terbentuk. Sangat jauh bertolak belakang dengan apa yang saya miliki. Ribet. Suka memperumit dirinya sendiri. Pun saya kemudian diajarkan kembali untuk pandai dalam mengerti dan menerima. Bahwa di balik semua sikap tidak peduli dan santaimu, sebagai laki-laki, kamu memikul beban yang teramat berat di pundak. Sebuah tanggung jawab. Tidakkah itu menyeramkan?

Maka dari itu, selalu, dan selalu, saya ingatkan kepada diri sendiri bahwa menjadi perempuan yang senang menuntut dan selalu ingin diperhatikan olehmu adalah bukan tindakan yang bijaksana. Karena seharusnya siapa pun paham, duniamu tidak terbatas hanya pada apa-apa yang mampu saya lihat. Saya picik kalau mengaku “saya tahu kamu banget”. Urusanmu tidak berhenti di saya saja. Saya bukan satu-satunya poros yang kamu punya. Saya siapa? Bahkan di dalam hubungan yang dihalalkan pun, kamu adalah sepenuhnya milik ayah dan ibumu. Lantas sekarang saya punya hak apa untuk minta diturutin ini-itu? Tak ada.

Karena katanya sayang, tanpa diminta pun ia akan memberi. Dan percaya saja, semesta selalu punya konspirasi tersendiri untuk menyatukan yang memang perlu untuk disatukan. Lewat Tuhan, ia adalah ahli menciptakan pertemuan yang indah. Apa lagi yang lebih cantik dari penantian yang berujung pada kesetiaan? Kalau Allah ridha, semuanya pasti indah kok pada waktunya :)


December 23, 2012
"Hingga kini, menunggu baginya tak berarti harus bertemu. Ia melarikkan bait puisi tanpa berharap setengah jiwanya kembali. Kepada temaram panjang, dia melengkungkan perasaannya yang berumur selamanya. Terkadang, hasratnya menggejolak, menghasutnya untuk melakukan sebuah perjalanan. Meniti jejak di permukaan pelangi. Barangkali setengah jiwanya berada di sana.

Bagimu tak ada kata terlambat untuk mencintai, baginya tidak pernah ada waktu untuk mengatakan, "Setelah Tuhan, engkaulah yang mampu mematikan matahari.""

-Tasaro G.K. dalam bukunya Kinanthi-



December 25, 2012
"Tersenyumlah... Allah mencintaimu lebih dari yang kamu perlu."  
(Tasaro G.K.)

 
December 28, 2012
Perempuanmu ini, walaupun jarang sekali mengucap rindu, namun ia telah menyimpan kantong-kantong kangen lebih banyak dan lebih besar dari yang kamu punya. Rindunya begitu sering mencerabut senyum dan mood baik yang ia miliki di hari-hari yang ia suka. Namun perempuanmu ini, ia begitu gigih berjuang agar kau tak pernah tahu, seberapa sering dan banyaknya ia menangis sebelum tidur karena tak ingin membebanimu dengan perasaan-perasaan yang tak perlu. Ia berusaha begitu keras untuk membunuh rindu-rindunya sebelum jatuh terlelap. Dalam rapuhnya, diam-diam, ia ingin selalu menjadi kuat dan dewasa untukmu.

Perempuanmu ini, walaupun tak pernah sekalipun ia mengucap 'cinta', namun kau tentu paling tahu, selain Ayah dan saudaranya, kamu lah satu-satunya lelaki yang selalu ia sisipkan namanya di sela-sela doa. Banyak yang meragu apakah ia sanggup bertahan hingga akhir. Namun perempuanmu ini, ia telah memutuskan untuk tak lagi sekedar percaya. Ia iman. Ia mengimani dengan seksama pada tiap-tiap keputusan yang kamu anggap baik. Begitulah sejatinya ia menunjukkan bahwa dengan segenap hati ia percaya bahwa kamu adalah laki-laki yang bijaksana. Ia belajar banyak darimu untuk tidak dipandaikan menuntut banyak janji, ucapan manis dan pertemuan yang tidak dihalalkan sebelum waktunya. Atau membunuh harapan-harapan yang memang tidak diperlukan. Pun jika Tuhan pada akhirnya menganggap bahwa ia tak cukup pantas untuk berdiri di sampingmu kelak, ia ingin Tuhan kemudian memeluk hatinya erat-erat, mengajarinya ikhlas dan menguatkan senyum yang pasti ia hadiahkan di pestamu nanti.

Bagaimanapun juga, perempuanmu ini selalu percaya, selalu, bahwa apa pun yang Tuhan anggap baik, adalah memang yang terbaik untukmu dan untuknya.


January 14, 2012
"Pria ini memang harus diawetkan di kulkas. Atau dimasukkan ke dalam kotak kedap udara, lalu dibuang ke laut. Tapi tentu saja, aku ikut di dalam kotak itu. Agar setidaknya, hatinya tidak terkontaminasi jahatnya dunia ini.

Katanya, cinta yang baik itu cinta yang bisa membuatmu melalui kesedihan dengan lebih baik. Menjalani persoalan dengan cara yang bijaksana. Di mana di dekapnya, segala kesulitan akan membuatmu justru semakin kuat."

(Falafu)



January 18, 2013
Karena katanya cinta, mereka tak butuh banyak “janji” untuk tetap setia. Dan tak memerlukan beribu “jangan” untuk tetap tinggal.


January 25, 2012
"I fell in love so many times.
Sometimes, I fall in love with a book, or a movie. And sometimes I fall in love with complete strangers who never smiled back at me when I tried to show them how beautiful they are.
But most of the time, I fall in love with the idea of someone being there for me when I am sad or when I am happy.
I fell in love so many times that I don't know if I am in love or not."

(A.A.)


  
January 30, 2012
Jangan biarkan hatimu dipenuhi harapan-harapan yang tak perlu dan belum tentu baik. Terkadang kamu hanya melihat apa yang kamu mau saja. Apa-apa yang baik dan ingin kamu percaya, namun kenyataannya belum tentu benar.


February 2, 2013
Jarak terkadang berguna seperti jeda dalam nafasmu.
Jeda itu, mereka membantumu bernafas dengan lebih baik.
Jarak ini, mereka memberi kita waktu untuk merindu dengan lebih bijak.


April 11, 2013
Jika memang lukamu kali ini terlalu pedih, berhenti dan menangis lah. Tak ada agama mana pun yang melarang sepotong Hati untuk menangis. Terlebih jika ia telah berjalan sangat jauh dan dipatahkan berulang kali. Tuhan tidak sekejam itu.


May 23, 2013
Ceritakan padaku, perempuan mana yang tak mencintai kesedihan?

Perempuan adalah makhluk yang tak pernah kikir dalam memikirkan segala jenis perkara. Kalau masalahnya bernilai 100, mereka akan memikirkannya 10 kali lebih banyak, mengalikannya dengan prasangka buruk 10 kali lipat, dan menambahkan kesimpulan yang ia buat sendiri dengan 10 macam versi.

Baik ya? Bahkan untuk memperdalam luka mereka sendiri pun mereka tak pernah tanggung-tanggung. All out. Totalitas.

(Diambil dari tulisan saya yang ini)

 
August 19, 2013
Saya percaya bahwa kedewasaan bukan bertolak pada bilangan usia. Mereka yang sudah berumur belum tentu jadi yang paling bijak dalam bersikap. Pun yang muda bukan berarti kerjanya hanya bisa jadi anak labil saja.

Percayalah, bahwa mereka-mereka yang telah berhasil memantaskan sikap dengan cukup baik adalah pribadi-pribadi yang pernah belajar super keras untuk membiasakan diri dengan kata sabar. Apakah mudah berdamai dengan kesabaran? Tergantung. Beberapa orang meyakini bahwa mengaplikasikannya tak lebih mudah dari mengedipkan mata. Beberapa yang lain mengeluh kalau bersabar itu sama sulit dengan bernafas tanpa oksigen.

Kamu yang pilih ingin ikut yang mana.

 
August 20, 2013
Kamu mungkin tak mengira kalau aku adalah perempuan yang rumit. Mencintaiku nyatanya bukan hal yang remeh. Kau butuh memupuk begitu banyak sabar dan menyirami setiap hari ladang-ladang cintamu yang kian hari kian tergerus oleh rasa bosan. Aku tak menyalahkanmu. Hidup ini memang terkadang kejam. Ada kalanya hatimu mampu menampung sangat banyak rasa dalam satu waktu, dan mematikan semua sendinya secara bersamaan di waktu yang lain.

Bukankah cinta ini lucu, sayang? Kadang kala ia memintamu untuk melakukan hal-hal bodoh yang di kemudian hari, mungkin, akan kau sesali sendiri.


September 11, 2013
Pada akhirnya kamu menyadari, hidup ini punyamu. Jalan yang kamu pilih ini milikmu. Orang lain bisa dengan senang hati melempar saran. Namun yang menghidupi pilihanmu, ya kamu. Yang mematikan keputusanmu, ya kamu. Yang menyerah dan memilih kalah, ya kamu. Yang berontak dan berjuang untuk menang, ya kamu.

Hidup ini kamu. Kamu dan semua keputusan-keputusanmu.

       
*

Beberapa tulisan di atas mungkin agak mirip dengan tulisan beberapa penulis yang saya kagumi. Pasalnya saya senang menulis tepat setelah membaca tulisan mereka. Makanya agak kepengaruh (mungkin). Tapi saya lupa di status mana saja tulisan "oplos" ini terbentuk. Maklum, udah setahun yang lalu juga. Jadi maaf kalau ada penulis yang merasa bahasanya dicomot dan sebagainya setelah baca postingan ini *elah, pede amat dibaca :s*. Maaf banget. Saya nggak berniat nyolong kok. Kalau mau minta dikredit, saya bisa cantumkan namanya. Tinggal komen aja. Hehe.