Sunday, May 25, 2014

Seberapa menyakitkannya jadi dirimu?

Photo by Tina Sosna

Seberapa menyakitkannya jadi dirimu, Hatiku? Berkali-kali dipatahkan. Beribu-ribu kali dihantui pengharapan.

Bertahanlah beberapa jenak. Duduk. Akan kuisi cangkirmu dengan teh hangat. Perjalanan ini belum ada separuhnya. Masih ada banyak batu dan kerikil yang harus kita lewati bersama. 

Sakitkah ketika beberapa manusia menusukmu dengan belati tak kasat mata? Berapa lama waktu yang kau butuhkan untuk mengeringkan lukanya? 

Untukmu kadang aku menangis tak henti-henti. Merasa pilu dan ikut tersakiti. Kalau kau ingin menghentikan perjalanan ini karena lelah, percayalah aku pun sama lelahnya denganmu. Aku ingin berhenti di sini saja. Aku ingin berhenti memercayai harapan-harapan yang belum tentu nyata.

Buang rindumu, Hatiku. Untuk apa? Tiada guna. Bintang yang kau kagumi di langit tiap malam itu kini telah binasa. Kerlingnya memudar kehilangan pendar.

Tatap aku. Yang kau punya saat ini cuma aku. Dan adakah yang kuperhatikan lebih baik dari dirimu?

Kita saling memiliki, Hatiku. Namun entah mengapa hubungan ini terasa begitu sepi dan pilu.

*

Nemu ini di folder "Document" pas lagi baca-baca draft lama. Nggak tahu kenapa saya bisa nulis ginian. Kok kayaknya sedih amat :s