"Harga untuk dipilih dan dicintai oleh mereka, pemuda-pemuda yang
Tuhan cinta, tentu tak akan murah dan mudah adanya"
-Januarain-
Beberapa hari yang lalu saya pernah berjanji pada diri saya
sendiri untuk menuliskan sesuatu tentang “dicintai laki-laki yang baik”. Hal
ini terinspirasi dari salah seorang penulis favorit saya yang menuliskan
kalimat kurang lebih seperti ini di akun twitternya:
“She needs a man that loves Allah more than he loves her.”
Dan saya merasa sangat terketuk dengan kalimat ini. Ada sesuatu
yang memaksa saya untuk menuliskan unek-unek yang tiba-tiba saya rasakan tanpa
saya mengerti. Namun kemudian saya urung melakukannya dan pada lalu lupa. Hingga kemudian, malam
ini, saya diingatkan lagi oleh sebuah postingan resensi novel yang saya temukan
di Facebook. Novel ini... aduh, agaknya sangat menohok. Haha. Dan seorang teman
pernah SANGAT merekomendasikannya untuk saya baca. Entah apa maksudnya :)
Saya membaca resensi novel ini cukup hingga kalimat pertama dihentikan
tanda titik dan sekonyong-konyong hati saya langsung rontok serupa dedaunan.
“Sebagai seorang wanita, apa jadinya saat seorang lelaki yang kamu
sukai secara tidak langsung memberikan harapan kepadamu bahwa ia akan kembali
suatu saat untuk melamarmu.”
Kalimat ini membuat saya
berpikir keras. Keras sekali. Berpikir tentang bagaimana jadinya jika saya,
sebagai seorang perempuan biasa, suatu saat nanti dicintai oleh seorang laki-laki yang
baik? Akankah saya bahagia?
Saya yakin, nyaris semua
perempuan di seluruh dunia ini tentu ingin dipasangkan dengan laki-laki baik.
Laki-laki yang mampu menjadi imamnya dan menuntunnya ke kebahagiaan dunia
maupun akhirat. Laki-laki yang tak mudah marah dan merendahkan. Laki-laki yang
kelak akan menjadi suami yang mengayomi dan ayah yang melindungi. Siapa yang
tak ingin dijodohkan dengan laki-laki seperti ini? Siapa perempuan yang tak ingin
putra dan putrinya kelak diajari banyak ilmu oleh ayah sebaik ini? Tak ada.
Namun, “harga” yang harus
dibayar untuk mampu dicintai laki-laki dengan iman sekeren ini pun saya yakin tak
murah. Sama sekali tak murah.
Lihatlah remaja-remaja kita sekarang. Mereka begitu insecure.
Mereka begitu butuh untuk selalu diyakinkan. Mereka butuh banyak bukti bahwa
mereka dicintai, dirindukan, disayang, bahkan diingat. Mereka haus akan
pembuktian. Saya mungkin salah satunya yang demikian.
Sekarang, mari kita renungkan
baik-baik. Laki-laki yang mencintai Allah melebihi rasa cintanya padamu tentu
tak akan mengumbar kata cinta dengan begitu mudah. Jika ia rindu, ia tak akan
menelponmu atau mengajakmu keluar untuk makan berdua. Karena ia tahu betul,
berbuat demikian adalah hal yang akan membuat Allah murka. Ia tak akan merayumu
sembarangan. Mengumbar kata-kata manis. Apalagi melontarkan pujian yang dapat
menelurkan harapan-harapan. Ia tak akan mengatakan janji yang ia tak yakin
mampu untuk disanggupi di kemudian hari. Lisannya begitu tertata. Tangan dan
pandangnya begitu dijaga.
Betapa kecenya ya melihat pria
dengan iman yang begitu mengagumkan seperti ini? Namun lain soal dengan
dicintai olehnya.
Bagi perempuan dengan
kodratnya yang senang memikirkan hal-hal kecil, bahkan hal-hal yang belum tentu
terjadi sekalipun, perasaan insecure
luar dalam pasti melanda ketika ia nantinya dicintai oleh pria seperti ini. Perempuan
lebih butuh untuk diyakinkan. Karena mereka pada hakikatnya adalah makhluk yang
diciptakan pasif. Lain dengan laki-laki yang dapat dengan mudah menyatakan
perasaannya di mana-mana. Perempuan tugasnya menunggu. (Bagi wanita-wanita
modern yang menganut paham bahwa “tak ada beda lagi antara pria dan wanita
dalam hal menyatakan perasaan”, saya tak akan menyalahkan. Urusan macam begini,
memang bergantung pada prinsip sendiri-sendiri. Dan saya, kebetulan, masih
berpegang pada yang lama.)
Dengan dicintai pria baik
seperti di atas, kans perempuan untuk merasa ‘diyakinkan’ kemudian berkurang. Mereka
kemudian menjadi kerap bertanya-tanya, menebak-nebak, mudah berprasangka, yang
kemudian berujung pada kegalauan pribadi yang berpotensi mengkronis. Seperti yang
sudah saya nyatakan sebelumnya, lelaki
yang baik begitu menjaga tingkah lakunya pada makhluk lawan jenis yang
belum halal. Sekalipun mereka benar-benar mencintaimu, mereka tetap tak akan mudah
mengatakan kata ‘cinta’ apalagi ‘rindu’. Perasaannya ia ikat sesimpel mungkin. Kalau
perlu, jangan sampai perempuannya tahu.
Padahal perempuan-perempuan
jaman sekarang, sebagian dari mereka, begitu insecure. SMS tidak dibalas beberapa jam saja sudah khawatir bukan
kepalang. Pacar menghilang beberapa hari tanpa kabar, langsung nangis tidak
karuan. LDR? Tidak bisa. Pokoknya harus deketan terus. Tidak boleh pisah-pisah.
Lantas, bagaimana rasanya jika dicintai oleh seorang laki-laki yang baik? Tak
akan ada SMS setiap hari, rayuan-rayuan manis, makan malam setiap minggu,
ungkapan-ungkapan cinta. Tak ada. Jangankan hal-hal di atas, bahkan ikatan
seperti “pacaran” pun tak ada. Kalau tidak benar-benar diniati, butuh perempuan
dengan hati baja dan iman yang luar biasa untuk mampu bertahan dalam hubungan
seperti ini. Insecurity? Itu akan
jadi makanan setiap hari.
Selain rasa “tak aman” tersebut,
perempuan juga cenderung ingin diperjuangkan
oleh laki-lakinya. Atau mungkin sekedar tahu bahwa laki-laki ini punya usaha
untuk mendapatkan dirinya. Semakin besar pengorbanan dan berdarah-darah perjuangan si lelaki untuk mendapatkan kita, semakin senang kita adanya. Ya, kurang lebih begitu. Namun, laki-laki yang benar-benar
mencintai Tuhan melebihi rasa cintanya padamu, tentu akan menerima apa pun yang Tuhan mau. Ia pasrah. Ia menerima apa pun takdir yang Tuhan kehendaki. Sekalipun
ia berjuang, perjuangannya untuk mendapatkanmu pasti bukan dengan
tindakan-tindakan yang banyak perempuan pada umumnya inginkan. Ia berjuang
untuk jadi laki-lakimu dengan semakin mendekatkan diri kepada Tuhan. Atau selebihnya
berdoa agar nantinya kalian berdua diijinkan untuk berjodoh. Bukan dengan merayu, nembak,
atau semacamnya. Dan bagi sebagian besar perempuan di dunia ini, saya yakin, 'mendekatkan diri kepada Tuhan' dan 'berdoa' adalah BUKAN cara yang mampu
dikategorikan sebagai memperjuangkan.
Ambil saja contoh begini.
Ada sepasang laki-laki dan perempuan. Mereka berteman. Namun keduanya memendam perasaan yang seluruh umat di jagat raya ini sudah mampu menebak apa itu namanya. Ya, cinta kata mereka. Dan sekalipun mereka saling suka, ikatan semacam pacaran itu tak ada. Mereka tetap berteman, dengan pondasi bernama cinta itu terselip di dasarnya. Sekalipun, sebenarnya, jauh di hati si laki-laki, ada niatan untuk mempersunting teman wanitanya ini ketika mereka telah siap dan mapan suatu saat nanti.Lantas datang laki-laki lain. Ia mencintai si gadis. Tulus. Tegas. Tak main-main. Dan si gadis pun mulai tertarik. Tertarik karena pria yang satu ini begitu berani mengambil sikap dan sebagai perempuan ia merasa diyakinkan, diperjuangkan dengan nyata. Walaupun lebih dari separuh hatinya masih tertinggal bersama temannya, si gadis mengaku yakin untuk menikah dengan laki-laki kedua ini.
Menurutmu, apa yang akan
dilakukan laki-laki pertama tadi?
Jika ia adalah pria baik yang
benar mencintai Allah melebihi apa pun, tentu ia akan ikhlas. Seberapapun
sakitnya itu, ia akan menerima dengan lapang apa pun yang Allah kehendaki. Ini
takdir-Nya. Dan sekecewa apa pun ia karena rencananya telah dihancurkan
sedemikian rupa, ia tentu akan tetap percaya bahwa Tuhan pasti punya rencana
lain yang lebih baik. Ia tak akan menghalang-halangi teman perempuannya untuk
menikah, atau mengacaukan pesta pernikahannya dan membawanya lari seperti yang
banyak drama-drama Asia Timur tayangkan.
Ia nrimo. Simpel saja.
Namun, tahukah apa yang akan
dipikirkan oleh manusia-manusia awam (khususnya perempuan) yang tak mengenal pria itu? Banyak. Tapi mungkin salah satunya adalah;
laki-laki ini tak benar-benar memperjuangkan
wanitanya.
Well, pemikiran yang masuk akal.
Namun, berhak kah kita untuk menyalahkan si pria, yang kemudian mengorbankan
perasaannya begitu saja hanya karena ia percaya pada takdir Tuhan? Tidak. Kenapa?
Karena itu prinsipnya. Dan jika kita mau sedikit saja melek agama, tentu kita sadar,
apa yang laki-laki ini lakukan adalah sesungguhnya benar. Hanya saja, memang agak
“tidak biasa” dengan tren di lingkungan remaja kita saat ini. Ia bisa dicap "pengecut" oleh banyak orang dengan
sikapnya yang semacam itu. Namun, jalan menuju kebaikan memang agaknya tak
pernah terbangun mudah.
Nah, mengerti kan apa yang saya
maksud dengan “harga yang tak murah” tadi?
Banyak sekali perempuan-perempuan
yang mengatakan hal serupa seperti yang penulis favorit saya tuliskan di awal
tadi. Ingin dicintai laki-laki yang mencintai
Tuhan lebih dari ia mencintai perempuannya. Namun, yakinkah
perempuan-perempuan ini mampu menanggung segala konsekuensi yang ada? Semua insekuritas?
Rasa rindu? Keikhlasan untuk tidak merasakan apa yang perempuan-perempuan muda lain
rasakan?
Saya pun ingin suatu saat ‘kebagian’ pria dengan iman begitu
kece seperti ini.
Semoga Allah masih berkenan ‘mengirimkan’ salah satu dari
sedikit pemuda–pemuda soleh-Nya, untuk perempuan dengan iman seadanya seperti
saya. Amin.
p.s.: Banyak yang bilang, berhubungan dengan lelaki baik-baik itu membosankan. Flat. Tidak ada tantangannya. Biar bagaimana pun, sebagian wanita masih menganggap bahwa bad boy is waaaay more interesting. Saya pun demikian sebenarnya. Nah, ini jadi konsekuensi baru lagi. Ingin dicintai pria baik? Bagaimana kalau ia membosankan? Kurang lucu? Tidak pintar? Kolot? Sanggupkah menerima? Kalau begitu, mari menabung ilmu ikhlas banyak-banyak. Agar kelak kita mampu 'menebus' mereka yang mahal 'harga'nya itu dengan dibayar lunas tanpa embel-embel kecewa dan semacamnya :)
p.s.: Banyak yang bilang, berhubungan dengan lelaki baik-baik itu membosankan. Flat. Tidak ada tantangannya. Biar bagaimana pun, sebagian wanita masih menganggap bahwa bad boy is waaaay more interesting. Saya pun demikian sebenarnya. Nah, ini jadi konsekuensi baru lagi. Ingin dicintai pria baik? Bagaimana kalau ia membosankan? Kurang lucu? Tidak pintar? Kolot? Sanggupkah menerima? Kalau begitu, mari menabung ilmu ikhlas banyak-banyak. Agar kelak kita mampu 'menebus' mereka yang mahal 'harga'nya itu dengan dibayar lunas tanpa embel-embel kecewa dan semacamnya :)
Ingin dicintai laki-laki yang
ReplyDeletemencintai Tuhan lebih dari ia
mencintai perempuannya adalah doaku yang tanpa kusadari terwujud....aq tlah bertemu dengannya dan aku tidak cukup kuat dgn insekuiritas itu.. aq mengenalnya sudah 5tahun dan benar2 ditempa :D dia berbeda. tdak ada status pacaran dan kejelasan akankah dia bersamaku diakhir atau tidak krn dya tdak mengumbar janji dan harapan ke aq..saat aku membaca ini, kaget ^_^ ternyata bnar begitu pria baik-baik ini....aq berdoa memintanya tapi aku tak cukup kuat utk mnghadapi pria ini....smpai skg dy masih berteman dgnku dan tetap disebutnya aq sbg teman.ntah dy ingin apa aq pun tdk mengerti....terlalu kompleks terlalu cerdas dan ... tdak terbaca..yg baik itu sulit dan mahal...sangat mahal. jujur aq tak pernah menyesal dan tdk menyangka doaku terkabul...semoga ini berakhir baik...trimakasih ats infonya....
Wah, ikut senang bacanya :) Semoga benar-benar berakhir baik ya ^^
ReplyDelete