Photo by Kitty Gallannaugh |
"Then there is the boy you can never stop thinking about.
Whenever you see his name, it trips you up.
Even if it's one that belongs to many others,
even if he belongs to someone else."
-Lang Leav
Apakah kalian punya sosok yang begitu kalian cintai namun tak pernah ingin kalian miliki?
Apakah kalian pernah bertemu seseorang yang menelurkan sakit di sudut hati namun sama sekali tak pernah bisa kalian benci?
Adakah seseorang yang hadirnya selalu jadi tempatmu kembali ketika kamu sedang patah hati?
Saya punya sosok semacam ini.
Ada satu pria yang selama ini tak pernah ingin saya enyahkan kehadirannya dari dalam kepala. Dia saya biarkan menyewa sebuah ruang di dalam memori saya untuk tinggal selama yang ia mau. Atau, bisa juga dibilang, selama yang saya inginkan.
Untuk nyaris satu dekade ia mengajari saya seni menyembunyikan perasaan. Mencintai tanpa menunjukkan. Sayang tanpa bilang-bilang. Ia juga sosok tunggal yang mengajari saya untuk ikhlas menerima kepatah-hatian yang berulang. Terlebih pula.. sepihak.
Saya menyebutnya forever crush. Seseorang yang cuma bisa saya labeli sebagai 'gebetan' tapi tak pernah ingin saya jadikan pasangan. Kenapa? Karena saya ingin dia tetap seperti apa yang saya pikirkan. Saya ingin sosoknya tetap seperti apa yang saya andaikan. Saya takut mengenalnya lebih jauh justru akan membuat imejnya di mata saya hancur. Karena buat saya, sosoknya adalah perpaduan sempurna antara baik dan buruk. Pas. Apa pun yang saya inginkan di diri seorang laki-laki, dia punya. Dia berdiri di persimpangan antara bad boy dan good boy versi saya. Dan ini membahayakan. Maka ketika seorang teman mengabarkan hal-hal buruk tentangnya, saya kerap tidak mengindahkan. Saya tak ingin takaran good dan bad di dirinya (dalam kepala saya) lantas berat sebelah. Sebisa mungkin saya mencegah hal itu terjadi. Dan kalaupun takaran tadi lantas berat ke satu sisi, saya selalu mendapati diri saya masih mencintai sosok itu sekuat sebelumnya. Atau malah lebih. Dan sampai saat ini pun, saya tak mengerti kenapa.
Walaupun demikian, saya tak pernah menginginkan sosok ini hanya untuk saya saja. Karena selain kemungkinannya nyaris mendekati bilangan kosong, bagi saya dia adalah tempat pulang yang tidak boleh lenyap hanya karena ego saya semata. Selama ini saya mampu bertahan dari sekian patah hati karena saya memercayai dia akan selalu ada untuk tetap bisa saya cintai tanpa berubah. Dan lagipula dia tidak akan mampu mematahkan hati saya lagi. Karena di hadapannya, hati saya sudah serupa remukan. Tak ada lagi yang tersisa untuk bisa dipatahkan.
Forever Crush saya adalah seorang anak SMA berkacamata yang senang bermain gitar. Seseorang yang tak pernah menganggap saya ada. Dan mungkin pernah berpikiran bahwa saya lancang karena sempat menjatuhinya cinta. Ia tak pernah tumbuh bertambah tinggi pun berganti pakaian. Dalam kepala saya, ia tak pernah menua. Mungkin sama halnya dengan perasaan saya untuknya.
Tentu pernah ada suatu masa, saat saya masih lugu dan muda, di mana saya bermimpi untuk bisa jadi perempuan yang menggambar cinta di matanya. Berandai-andai saya adalah perempuan yang ia tunggu kehadirannya untuk bisa diajak pulang sekolah bersama. Atau berharap saya adalah pujaan hati yang membuatnya tersenyum cerah sekali menyambut pagi dan bersemangat untuk tiba di kelas segera.
Betapapun memalukannya, tentu pernah. Tentu pernah ada momen-momen semacam itu.
Sekarang, kalau dipikir kembali, daripada mengibaratkannya sebagai "seseorang yang tak ingin saya ubah imejnya", saya lebih senang menyamakannya dengan kotak cantik di etalase toko kado yang tak akan pernah mampu saya buka. Sampai kapanpun. Seberapapun inginnya saya membuka kotak tersebut. Karena kotak itu bukan milik saya. Dan tak akan pernah terbeli seberapapun banyaknya uang yang saya punya. Apapun isinya, ia akan selalu membuat saya penasaran dan bahagia. Ketika saya menemukan kotak lain yang ternyata isinya tak saya suka, saya akan kembali lagi ke etalase toko tadi dan memandangi kotak impian saya dari balik kaca. Memandangi dan merasa bahagia kembali. Begitu seterusnya. Mungkin sampai saya menemukan kotak yang ketika isinya saya buka, saya tak hanya suka, namun juga butuh. Dan sampai saatnya tiba nanti, mungkin saya masih akan sesekali mengunjungi etalase toko tadi untuk sekedar mencari alasan merasa hangat dan bahagia. Well, terdengar menyedihkan ya. Tapi begitulah saya menganggap forever crush saya. Yang walaupun sosoknya kini imajiner (karena tak bisa saya tatap secara langsung), namun tetap saya nobatkan sebagai tempat kembali dari kepatah-hatian yang menyesakkan.
Karena itu, terimakasih! Walaupun ucap ini tidak akan pernah sampai kepadanya, kecuali ia tanpa sengaja membaca postingan ini dan secara ajaib paham betul bahwa yang saya bicarakan adalah ia sendiri, namun saya ingin tetap berterimakasih.
Hei, kamu tidak paham betapa besar peranmu dalam hidup saya. Kamu mengenalkan saya bagaimana rasanya memiliki kebun bunga yang tumbuh di atas jantung saya sendiri. Yang mana pasokan kupu-kupunya kerap membanjiri perut saya ketika sosokmu tertangkap mata. Kamu pula yang mengenalkan saya bahwa saya tak perlu membelah dada untuk meremukkan hati, berdarah-darah karena cintanya patah. Kamu berikan saya tiket free pass untuk terbang ke langit ke-sembilan sekaligus terjun bebas ke perut bumi. Untukmu saya bebat luka-luka saya sendiri supaya bisa belajar berjalan kembali. Oh, tak terhitung berapa banyak prosa dan puisi yang pernah saya tulis untukmu, dan berdasar pada pelajaran yang pernah kau beri. Kelak ketika saya diijinkan untuk menerbitkan sebuah buku, mungkin saya harus menulis lagi satu esai panjang berisi ucapan terimakasih untukmu.
*
Secara tidak sengaja, saya menemukan dua tahun lalu, di bulan yang sama, saya pernah menulis begini;
Betapapun memalukannya, tentu pernah. Tentu pernah ada momen-momen semacam itu.
Sekarang, kalau dipikir kembali, daripada mengibaratkannya sebagai "seseorang yang tak ingin saya ubah imejnya", saya lebih senang menyamakannya dengan kotak cantik di etalase toko kado yang tak akan pernah mampu saya buka. Sampai kapanpun. Seberapapun inginnya saya membuka kotak tersebut. Karena kotak itu bukan milik saya. Dan tak akan pernah terbeli seberapapun banyaknya uang yang saya punya. Apapun isinya, ia akan selalu membuat saya penasaran dan bahagia. Ketika saya menemukan kotak lain yang ternyata isinya tak saya suka, saya akan kembali lagi ke etalase toko tadi dan memandangi kotak impian saya dari balik kaca. Memandangi dan merasa bahagia kembali. Begitu seterusnya. Mungkin sampai saya menemukan kotak yang ketika isinya saya buka, saya tak hanya suka, namun juga butuh. Dan sampai saatnya tiba nanti, mungkin saya masih akan sesekali mengunjungi etalase toko tadi untuk sekedar mencari alasan merasa hangat dan bahagia. Well, terdengar menyedihkan ya. Tapi begitulah saya menganggap forever crush saya. Yang walaupun sosoknya kini imajiner (karena tak bisa saya tatap secara langsung), namun tetap saya nobatkan sebagai tempat kembali dari kepatah-hatian yang menyesakkan.
Karena itu, terimakasih! Walaupun ucap ini tidak akan pernah sampai kepadanya, kecuali ia tanpa sengaja membaca postingan ini dan secara ajaib paham betul bahwa yang saya bicarakan adalah ia sendiri, namun saya ingin tetap berterimakasih.
Hei, kamu tidak paham betapa besar peranmu dalam hidup saya. Kamu mengenalkan saya bagaimana rasanya memiliki kebun bunga yang tumbuh di atas jantung saya sendiri. Yang mana pasokan kupu-kupunya kerap membanjiri perut saya ketika sosokmu tertangkap mata. Kamu pula yang mengenalkan saya bahwa saya tak perlu membelah dada untuk meremukkan hati, berdarah-darah karena cintanya patah. Kamu berikan saya tiket free pass untuk terbang ke langit ke-sembilan sekaligus terjun bebas ke perut bumi. Untukmu saya bebat luka-luka saya sendiri supaya bisa belajar berjalan kembali. Oh, tak terhitung berapa banyak prosa dan puisi yang pernah saya tulis untukmu, dan berdasar pada pelajaran yang pernah kau beri. Kelak ketika saya diijinkan untuk menerbitkan sebuah buku, mungkin saya harus menulis lagi satu esai panjang berisi ucapan terimakasih untukmu.
*
Secara tidak sengaja, saya menemukan dua tahun lalu, di bulan yang sama, saya pernah menulis begini;
"A hopeless crush that you never have any chances with will always remain unreasonably beautiful in your eyes."Ah, November memang selalu pandai mengajak berfilosofi, menulis manis, menemukan cara untuk membangkitkan kenang dan juga menumbuhkan kangen.
Tentangmu. Kepadamu.
**
Saya juga punyai seorang forever crush.. Dia juga tak memandang aku.. Tapi aku bahagia andai dia update ig stories.. Aku juga punya foto2 nya yg aku screenshoot. Aku tak pasti normal kah ini. Hehe.
ReplyDeleteApa sih forever crush itu.?
ReplyDelete