Cr to the owner |
Selama ini saya selalu meyakini bahwa di diri setiap orang
akan selalu ada (minimal) satu sosok pujangga yang mendiami setiap tulisannya.
Mengapa saya bilang ‘minimal’?
Karena ada beberapa orang yang dengan sangat beruntung
memiliki lebih dari satu pujangga. Orang-orang seperti ini biasanya tidak
pernah kehabisan ide. Tulisannya indah dan terbaca mengalir. Cerdas dan tidak
biasa. Selalu bikin saya iri.
Pujangga-pujannga ini tidaklah sama antara satu orang dengan
yang lainnya. Mereka punya umur dan sifat yang berbeda-beda. Ada yang wanita,
ada yang pria, ada yang sudah tua renta, ada pula yang masih balita. Tidak pernah
sama.
Sebagian malah masih tertidur, sementara yang lain justru
sedang semangat-semangatnya untuk bersyair.
Nah, untuk kali ini, saya akan bercerita tentang pujangga di
dalam tulisan saya.
Ia berjenis kelamin perempuan. Masih muda. Dan sangat perasa.
Satu menit ia bisa tertawa-tawa tanpa sebab, di detik berikutnya ia sanggup
menuntun jemari saya untuk mengetik puisi bertemakan patah hati. Entahlah. Saya
juga bingung maunya apa.
Sampai detik ini saya belum sempat berani memberi ia nama. Yang
jelas ia adalah gadis yang sangat manis. Begitu feminin. Senang memakai gaun-gaun
yang indah dan sangat membenci saya dalam satu hal. Warna rambutnya merah
jambu, dan saya tidak pernah suka dengan warna yang satu itu. Agaknya ia sering
ngambek karena saya benci dengan warna rambutnya. Pernah saya meminta ia untuk mengecat supaya jadi merah saja (ini warna kesukaan saya) dan ia malah mogok
menulis selama beberapa hari.
Saya angkat tangan.
Gadis ini sudah bersama saya kurang lebih sejak saya kelas 2
SD. Hitunglah... 14 tahun. Tapi ia tidak pernah bertambah tua. Terakhir saya
cek, pipinya masih bulat menggemaskan. Satu rona dengan warna rambutnya. Kulitnya
masih semulus pantat bayi dan bibirnya masih kecil lucu seperti buah ceri yang
baru masak. Mungkin ia adalah makhluk yang punya suntikan obat anti-aging super
ampuh. Lain kali saya harus minta resep awet muda kalau begitu.
Berkebalikan dengan saya yang tidak suka hal-hal berbau
wanita, ia begitu mencintai segala macam gaun penuh pita-pita dan rok-rok yang cantik. Dengan motif
bunga-bunga dan warna pastel yang lembut. Ia juga senang makan makanan manis
seperti kue atau roti. Selain itu, ia juga suka nge-teh di pagi hari dan duduk
diam menikmati hujan. Hobinya selain berkebun adalah memasak. Ia senang meracik
teh kesukaannya sendiri dari kombinasi beberapa bunga dan rempah serta
memanggang kue di minggu pagi (untuk hal yang satu ini ia benar-benar mengingatkan
saya akan Diva, salah satu tokoh di buku Dee). Rumahnya mungil dan selalu
dipenuhi harum pandan. Berlantai dua dengan dua tempat tidur, ruang tamu, ruang
makan, dan dapur yang sangat menyenangkan. Berandanya menghadap sebuah kolam
kecil yang berisi beberapa ikan berwarna merah (saya kurang tahu itu ikan apa
-___- dan tidak cukup berani untuk menanyakannya). Dan ia senang melihat
matahari terbit dan terbenam dari beranda kamar tidurnya di lantai dua.
Gadis ini pemimpi, pendongeng yang senang dengan dongeng-dongeng
ber-penutup manis. Alasan mengapa terkadang tulisan saya bisa sangat ‘keji’ di
akhirnya adalah karena campur tangan saya sendiri. Sebenarnya gadis ini sudah
memberi tawaran ending lain yang yang
lebih manusiawi, dan saya memilih yang malah tidak manusiawi sekalian. Haha. Biar
bagaimanapun juga yang punya tangan kan saya :p
Orang-orang yang “menuduh” saya ini romantis, menye-menye
dan tukang galau seharusnya menuduh gadis yang satu ini. Bukan saya. Celoteh mellow saya di Twitter itu kan ulah dia.
Saya hanya bertugas mengetik saja v(-_-)v
Oiya, terpikir untuk menamai gadis ini Iris. Mirip nama saya
ya? Tinggal minus ‘R’ saja.
Kalau nama saya dalam bahasa Jawa Kuno artinya ‘gerimis’,
Iris ini dalam mitologi Yunani justru berarti Dewi Pelangi dan the messenger of the gods.
Keren ya? Kata iridescence (atau
kalau yang masih ingat jadi salah satu judul lagunya Linkin Park juga, OST
Transformers) yang artinya ‘permainan warna’ berasal dari nama Dewi Iris ini.
Nah, kalau begitu fix
namanya ‘Iris’ saja. Cantik :)
Selain Iris, saya yakin ada banyak sekali pujangga-pujangga
di luar sana yang masih belum punya nama. Atau mungkin malah tidak
diperhatikan. Masih tertidur pulas dan tak pernah dibangunkan. Padahal, saya
selalu yakin kalau semua orang pasti bisa menulis dengan baik. Karena semua orang
juga pasti punya pujangganya masing-masing.
Maka dari itu, mulai dari sekarang, bangunkan pujanggamu, dan menulislah :)
Yeah...the quite one is the loudest mind
ReplyDeletemaksudnya?
Deletenggak mudeng mas -__-a