Saturday, July 6, 2013

Cantik

Photo by Alexandra Sophie


Saya jarang mengeluh tidak cantik walaupun nyatanya saya memang sama sekali tidak menarik. Hitam. Gemuk. Bergigi buruk. Dan jerawatan. Saya bahkan kadang kagum pada mereka-mereka yang masih tahan menatap wajah saya lama-lama ketika tengah berbincang. Tidakkah mereka ingin memalingkan muka karena saya terlalu buruk rupa? 

Malam ini saya tidak ingin mengeluh. Hanya saja, tadi, ketika tengah bosan dan main-main di laman Facebook milik orang lain, saya menemukan sebuah foto seorang perempuan muda yang membuat saya membatin, "It must be happy to be pretty".

Perempuan ini begitu pandai berbusana. Dandanannya simpel tapi cantik. Mungkin karena memang pada dasarnya dia sudah ayu. Mulai dari baju-baju kasual untuk kuliah, gaunnya untuk pergi ke pesta, sampai kebaya yang ia kenakan ketika wisuda, semuanya terlihat cantik dan pas. Untuk mengatakan kalau saya iri padanya itu jelas sebuah penghinaan. Saya tidak ingin merasa iri pada apa yang jelas-jelas saya tidak bisa wujudkan. 

Cantik itu mimpi.

Saya bukan penggemar warna-warna cerah seperti perempuan kebanyakan. Saya tidak suka mematut-matut baju berjam-jam di sebuah toko kalau pada akhirnya juga tidak dibeli. Saya tidak pandai memadu-padan busana supaya tetap nyaman dipakai tapi juga terlihat manis. Jangankan high-heels, pakai flat shoes saja saya tidak nyaman.

Dalam beberapa kesempatan saya paham akan apa-apa yang perlu saya ubah dan butuhkan untuk membuat penampilan saya setidaknya tidak membuat mata orang lain sakit. Tapi cantik itu mahal. Dan kebutuhan yang lebih penting dari sekedar menjadi cantik ada lebih banyak.

If only look doesn't matter. Karena pada kenyataannya apa yang orang awam lihat lebih dulu ya fisik. Bukan hati. Kalau memang fisik kamu cukup enak untuk dipandang, baru orang awam tadi mau mengenalmu lebih dalam. 

Look DOES matter. 

Teman-teman kebetulan senang mengejek kalau saya ini muka tua dan jelek. Kalau kita sedang ejek-ejekan siapa yang paling jelek, sudah bisa dipastikan saya berada di urutan pertama. Mendengar ejekan semacam itu dari teman dekat tentu bukan masalah. Namun mendengarnya berulang-ulang, kadang membuat saya berpikir "Segitu buruk rupakah saya?", "Bagaimana kalau mereka tidak sekedar bercanda?"

Saya rasa secuek apa pun perempuan, dipandang buruk rupa tetap lah jadi hal yang menyakitkan ya? Ha ha. *tertawa getir*

Beberapa perempuan ingin tinggi, sementara yang lain menganggap cewek pendek itu lebih mungil. Ada hal-hal di diri saya yang saya tidak suka, namun beberapa perempuan inginkan mati-matian. Ada hal-hal di diri perempuan lain yang menurut mereka tidak istimewa, namun luar biasa saya inginkan. Yah, namanya juga manusia. Mari bersyukur saja!

*

Maaf kalau postingan ini justru terbaca seperti keluhan. Niatnya enggak gitu sih. Maklumin ya? Hari ini saya sedang sedih tanpa sebab dan merasa random. Biasa. Hormon perempuan. Ck.

No comments:

Post a Comment