Tuesday, July 9, 2013

Bukan Perempuan Malam

Photo by Nirrimi

Tulisan ini diketik saat saya sedang celingak-celinguk bego di sudut sebuah cafe yang konon terkenal sebagai tempat gaulnya anak-anak Jogja. Semesta namanya.

Saat ini pukul 23.44 WIB. Ada setengah gelas es teh tarik yang mulai menghambar di sebelah laptop saya. Dan asap rokok bertebaran di sini-sana. Tak lupa pula bising. Bising dan ribut. Dan demi apa saya benci tempat semacam ini.

Bego emang. Kok bisa-bisanya saya milih Semesta sebagai tempat untuk mengerjakan skripsi? Ini ibarat mau berobat ke rumah sakit tapi masuknya ke bengkel motor. Nggak nyambung dan cetha salah.

Bego. Saya bego banget.

Tempat ini penuh laki-laki yang merokok dan terima kasih, karena mereka, kerudung saya jadi bau asap. Apek. Padahal saya cuma punya kerudung kayak gini satu.

Skripsi saya terbengkalai. Karena untuk maksa mikir pun tetep nggak bisa kalau kumpulan bujang di sebelah saya ini ngobrol sambil ngakak kemana-mana. Saya juga ngantuk. Kemarin cuma sempet merem beberapa jam gara-gara dikejar bimbingan. Besok juga saya harus ketemu DPS lagi. Ah.

Semesta ini sebenarnya oke banget buat tempat ngobrol atau pun curhat sampai nangis-nangis. Semesta juga tempat yang oke buat cuci mata ngelihat brondong-brondong cucok atau mbak-mbak cantik pengumbar paha. Tapi Semesta nggak berteman baik sama skripsi. Ributnya nggak nguatin. Padahal saya adalah ekstrimis pecinta sepi.

Tempat ini dan saya tidak berjodoh :(

*

Mas, aku bukan perempuan malam. Aku bukan perempuan yang menyenangi hal-hal gila seperti membelah kota pukul dua. Aku bukan penikmat acara apa pun yang diadakan di luar kamar yang hangat pada tengah malam buta.

Bilang sama Ibu, aku nggak bakal bikin anak laki-lakinya jadi nakal. 
Calon menantu perempuannya ini bukan makhluk yang senang keluar malam.

Sekalian salam buat Bapak.

Kapan kamu pulang?

*

No comments:

Post a Comment