Kemarin lalu, saya dan Aghas, jalan-jalan ke FKY berdua. Aghas itu teman perempuan saya dan FKY itu acara kebudayaan yang setiap tahun diadakan di Jogja. Biasanya kalau ke sini saya selalu berangkat bertiga atau sekalian rame-rame bareng teman-teman. Sayangnya Tutri sedang sakit, dan teman-teman lain kebanyakan pulang kampung. Yang nganggur cuma saya dan Aghas. Tidak mau melewatkan acara tahunan ini, karena hari Jumat kemarin adalah hari terakhir FKY, maka saya dan Aghas pun berangkat.
Acara FKY kali ini diadakannya di Pasar Ngasem. Saya juga nggak tahu itu daerah mana. Yang jelas sih deket-deket kraton. Jalannya sempit banget. Dua arah lagi. Jadi kalau macet ya maklum. Lebih enakan kalau diadain di Benteng Vrederburg sih kalau menurut saya. Walau pun deket Malioboro yang notabene selalu ramai, tapi seenggaknya jalannya lebih lebar dan cuma satu arah.
Di pintu masuk dipasangi hiasan kayak bambu-bambu dan banyak lampion gitu. Bagus. Pasti cakep banget kalau buat background foto, gitu pikir saya waktu itu. Sayangnya, mungkin karena hari itu hari terakhir juga, jalan masuknya padat banget. Buat gerak aja susah, apalagi buat foto-foto. Saya dan Aghas masuk dengan bersusah payah sebelum akhirnya menemukan tempat yang lebih lapang. Waktu itu kami disambut pertunjukan gamelan. Yang main bule-bule kalau nggak salah. Orang New Zealand. Tapi pertunjukannya pas banget habis waktu kami baru masuk. Ya udah. Akhirnya saya dan Aghas pun pergi.
Di Twitter, sebelum berangkat, Tutri titip minta dibelikan gelang. Saya dan Aghas pun mampir ke salah satu stand aksesoris dan menemukan satu gelang yang menurut kami berdua "Tutri banget". Modelnya simpel sih, tapi oke, dan warnanya coklat. Coklat bukan warna kesukaan Tutri. Tapi dia selalu milih warna coklat kalau beli sesuatu. Nggak tahu juga kenapa. Kami meninggalkan gelang tadi dan beranjak pergi. "Liat yang lain dulu" itu alasan kami. Sampai akhirnya kami mentok dan tetep nggak nemu-nemu stand aksesoris lain yang cukup oke. Saya dan Aghas pun berjalan luntang-lantung sebelum kemudian terdampar di pojokan panggung utama. Dari pojokan sini kami nggak jalan-jalan kemana-mana lagi sampai pulang. Tempatnya kurang strategis sih tapi panggungnya masih tetep kelihatan dari celah-celah pagar. So, we stayed.
MC acaranya kocak. Namanya Alit. Dan saya pernah lihat dia manggung di kampus saya waktu ada pertunjukan ketoprak (kayaknya sih, kalo nggak salah orang). Kami sempat dibuat ngantuk sama sambutan-sambutan panitianya yang panjang banget dan nonton pertunjukan tari modern-kontemporer yang asli KEREN! Berhubung kami berdiri terus sepanjang nonton, rasa ngantuk dan capek jelas mampir. Udah gitu banyak orang pacarannya pula -___- Bahkan ada pasangan yang nggak segan-segan ciuman di belakang saya pas lagi nonton. Oh my.. Get a room, please! Malu sama jilbab, mbak! :\
Selesai acara tari-tarian tadi, anak-anak kecil yang tadinya duduk di bangku tinggi sebelah saya pergi. Mungkin bosan. Saya dan Aghas akhirnya duduk di situ. Lumayan lah. Walau pun masih tetep ketutupan pager, seenggaknya nggak pegel. Pas banget udah pewe duduk, sang MC ngumumin bakal ada pertunjukan band kejutan. And you know siapa yang tampil?? Sheila on 7!!! Woooo, saya pengen teriak-teriak rasanya \>__</
Salah satu temen saya yang jadi panitia acara aja nggak tahu kalau So7 mau tampil, dan pertunjukan mereka juga nggak ada di rundown acara. It was indeed a surprise.
So7 tampil akustikan malam itu. Tanpa drummer. Nyanyiin lima lagu; Kita, J.A.P., Betapa, Pemuja Rahasia dan Hari Bersamanya. Saya dulu pernah nonton konser gratisnya So7 sih, waktu mereka tampil di acara inaugurasinya anak Teknik, dan menurut saya masih asikan waktu yang di Teknik itu. Soalnya kan acara itu emang kayak konsernya mereka sendiri. Jadi yang ikut full team dan ada hiburan kembang apinya juga. Seru lah. Tapi berhubung malam itu saya datang ke FKY tanpa tahu So7 bakal tampil, ya surprise-nya emang kena banget.
Lagu-lagu So7 ini buat anak 90'an emang semacam mars wajib gitu ya. Nyaris semua penonton pada hapal dan ikut nyanyi. Termasuk saya dan Aghas. That was a beautiful night. A blissful moment.
Saya tersenyum bahagia sekali saat itu. Dan di sepanjang lagu-lagu, entah mengapa, pikiran saya dengan sangat baik mengingatmu.
***
Siangnya saya menemani ujian pendadaran seorang teman dan menghabiskan sore dengan mengobrol macam-macam bersama Aghas dan Vatsya. Di kesempatan itu saya bercerita tentang perasaan bahagia-tiba-tiba yang saya rasakan belakangan ini. Dan saya bilang kalau, mungkin, rasa bahagia ini ada hubungannya dengan dia. Kamu. Pria saya di masa depan.
"Karena biar bagaimana pun bukankah kami ini adalah dua tubuh dengan satu jiwa? Kelak, apa yang jadi bahagianya ya jadi bahagia saya. Pedihnya ya jadi pedih saya juga. Jadi, bisa aja kan kalau rasa bahagia yang menyerbu saya tiba-tiba ini mungkin juga miliknya?"
Dan kedua teman saya kaget dengan pemikiran saya yang demikian.
Hei, mungkin kamu dan aku terhubung sebuah selang. Selang rasa. Semakin dekat jarak kita, semakin mudah kita merasakan perasaan satu sama lain. Keren ya kedengarannya? Haha.
Jadi, kamu di mana? Apa kabar? Apa sih yang bikin kamu segitu bahagianya sampai-sampai selang rasa yang tersambung ke jantungku jadi meletup-letup begini? Bikin berdebar-debar tanpa alasan. Kamu abis pendadaran? Mau wisuda? Keterima S2? Dapet kerja? Atau pernyataan cintamu diterima cewek yang kamu puja? :')
Apa pun deh, yang jelas aku ikut bahagia lho ^^ Senyum tiga hari ini adalah senyum terawet yang pernah ada dan -anehnya- tercipta tanpa alasan yang jelas. Semua teman-temanku nyaris menganggapku sinting. Haha.
Hei, atau aku memang sebenarnya gila? :'D
Tiga hari bahagia tanpa alasan, malam setelahnya saya merasa rindu bukan kepalang. Lagi, tanpa objek yang jelas. Waktu itu rasanya saya lelah sekali. Saya ingin penantian ini berakhir. Saya ingin tahu kalau kamu memang berwujud, ada, dan bukan sekedar harapan kering saya.
Pernah kah kamu merasakan rindu absurd yang serupa?
Pernah kah kamu merasa kangen setengah mati pada sosok yang belum tentu nyata?
Aku... misalnya?
*
Lagu-lagu cinta itu kini terlantun manis di telinga. Objeknya penuh. Kamu. Kepala saya mengingatmu dengan sempurna.
Tapi, Tuan.
Kamu siapa?
*