Sunday, April 7, 2013

Menikmati Patah Hati

Photo by Rona Keller


Siapa yang ingin dipatahkan hatinya? Pikirku pagi ini.

Ah, tentu saja tak ada. Bodoh kalau memang ada yang mau. Aku meneguk kopiku dan tersenyum masam.
 
Lha, kalau hatimu sudah terlanjur patah? Bagaimana?

Ya, nikmati.

Nikmati ia sama banyaknya ketika kamu sedang menjatuhkan hati. Tersenyum lah sama banyak seperti ketika kepalamu tengah ditumbuhi berbagai macam bunga karena bahagia.

Kalau memang hatimu ternyata tidak ditangkap, dan lalu meluncur begitu saja ke lantai, PRANG! Pecah seperti piring makan yang kusam dan tak dibutuhkan, ya nikmati saja. Biarkan ia meretak perlahan dan berubah jadi serpih-serpih tua yang menyedihkan.

Dengarkan bagaimana ia perlahan-lahan meretak. Amati bagaimana ia menjelma dari satu menjadi jamak.

Aneh memang. Namun aku percaya bahwa rasa sakit yang diakibatkan oleh patah hati itu adiktif.

Awet. Enggan lenyap. Mudah kembali.

Tapi aku menikmatinya.

Sangat.

Nanti, ketika aku jatuh cinta lagi, aku akan merindukan bagaimana rasanya patah hati.

Masa di mana senyum terlihat lebih menyedihkan dari tangis.

Dan air mata dihargai seribu kali lebih murah dari permen karet Yosan manapun di seluruh dunia.

*

No comments:

Post a Comment