Thursday, April 11, 2013

A Letter To My Heart


Photo by Nishe


“Percaya lah Hati, lebih dari ini pernah kita lalui. Tak kan lagi kita mesti jauh melangkah. Nikmatilah lara untuk sementara. Sementara Saja.”
(Float)

*

Malam ini, mari kita mandikan dirimu sampai bersih. Sampai semua noda dan bekas lukamu tak cukup terlihat oleh mata-mata asing. Mari, sini, akan ku dandani kau dengan baju baru yang lebih indah dan wangi. Tak lupa pakai bedak dan gincu merah. Biar cantik. Lalu kita pagari dirimu dengan pagar yang lebih kuat dan kokoh. Agar kau tak mudah jatuh dan pecah lagi. Agar lututmu tak lekas luka dan berdarah lagi.

Malam ini kita akhiri saja semuanya. Mari turun di stasiun kereta berikutnya dan kita lanjutkan perjalanan ini dengan berjalan kaki berdua saja. Kau dan aku. Buang rindumu di tempat sampah terdekat. Membawanya akan semakin memberatkan tas gendongmu. Masih ada banyak kilometer yang harus kita tempuh. Menenteng-nenteng sesuatu yang kadaluarsa dalam perjalanan ini tentu tiada guna. Barang-barang kadaluarsa seperti itu lebih layak menetap di pembuangan sampah. Seperti cinta misalnya.

Jangan menangis. Aku tahu kau tak selemah itu. Bukankah kau pernah terluka lebih parah? Bukankah jahitan lukamu pernah lebih banyak dari ini? Percayalah, kau lebih berharga dari apa pun yang pernah membuatmu coreng moreng dan penuh luka.

Akan ada satu senja untukmu di masa mendatang, di mana tak lagi ada langkah yang harus kau ambil atau jarak yang harus kau tempuh. Perjalanan ini akan menemukan ujungnya di suatu ketika. Dan saat hari itu tiba, percaya padaku, kau tak akan punya cukup waktu untuk menangisi luka-luka lamamu.

Percayalah Hati, lebih dari ini pernah kita lalui. 

Jika memang lukamu kali ini terlalu pedih, berhenti dan menangislah. Tak ada agama mana pun yang melarang sepotong Hati untuk menangis. Terlebih jika ia telah berjalan sangat jauh dan dipatahkan berulang kali. Tuhan tidak sekejam itu.

Nikmati laramu. Pelan-pelan pun tak apa. Namun untuk sementara. Sementara saja. 

Akan kutunggu sampai air matamu kering. Kalau kau mau, ambil pula pelukku cuma-cuma. Setelah itu berdirilah. Patahmu kali ini bukan apa-apa. Kau pernah bertemu yang lebih buruk dan kau mampu melewatinya dengan baik. Patahmu kali ini tentu bukan apa-apa. 

Berdirilah.

Perjalanan ini masih jauh. 

Belum waktunya kau untuk berhenti dan terjatuh. 

*

Menulis ini sambil mendengarkan 'Float - Sementara'. Lagunya memilukan dengan cara yang sangat sederhana. Saya yang sedang gembira dengan ke-single-an saya pun tetiba merasa seperti baru saja dipatahkan hatinya </3

Lagunya bisa didengarkan di sini. Mari ber-patah-hati-ria bersama :)

*

5 comments: