Photo by Nirrimi |
Hari ini Jogja cerah. Dan saya suka. Walaupun saya sedang tidak punya cucian untuk dijemur, namun saya tetap suka. Dan malamnya, meski tetap tak berbintang, Jogja pun tidak hujan. Dan saya suka. Suka sekali.
Sore ini, saya dan beberapa teman janjian dadakan untuk ketemu di McD. Saya sampai sana ketika hari sudah mendekati Maghrib. Dan kami berlima duduk-duduk agak lama sampai, mungkin Isya lebih sedikit, sebelum akhirnya memutuskan pulang. Saya, Aghas, dan Yash lalu berencana untuk makan di warung penyetan dekat kos saya. Kebetulan saya dan Yash memang sedang kepingin sekali makan cakar dan kepala bakar di sana. Kalau kata saya sih, warung penyet dekat kosan saya ini rasanya paling jos se-Jogja.
Kami tiba di warung penyetan tersebut pukul setengah delapan dan pulang pukul setengah sepuluh. Warung ini kecil. Bukan rumah makan besar yang pengunjungnya banyak. Jadi selama dua jam tadi ya yang ribut ngobrol dan ngakak sana-sini ya cuma kami. Tapi ibu penjualnya pasti maklum kok. Mungkin. Hehe. Soalnya saya nyaris tiap malam makan di sini. Dan banyak teman saya yang juga jadi tahu warung ini dan malah ngajak teman-temannya yang lain untuk makan di sana sekalian. Ya, hitung lah saya ini sebagai tukang iklan. Ibunya kan jadi banyak pelanggan juga :p
Di postingan lalu saya pernah cerita kan tentang dua orang teman yang ngobrol seru tentang masa depan di kedai susu? Nah, mereka ini ya Aghas dan Yash. Entah lah, semenjak Tutri sakit (Tutri ini teman saya yang kalau kemana-mana pasti saya sama dia), saya jadi kerap luntang-lantung bareng dua makhluk ini. Kalau sama Aghas saya memang sudah dekat dari dulu, tapi Yash beda. Dia ini makhluk sibuk. Sementara saya manusia kamar. Jadi ya jarang ketemu kecuali kalau ada janji sama DPA bareng (DPA itu Dosen Pembimbing Akademik dan kebetulan dia sama saya satu DPA). Namun semenjak ngerjain skripsi, Yash jadi nggak sesibuk dulu dan jadi lebih sering nongkrong bareng anak-anak. Nah, nggak tahu lah gimana mulainya, kalau saya, Aghas dan Yash sudah duduk bersama, obrolannya bisa jadi kemana-mana. Tak terkecuali malam ini. Mulai dari cerita masa SMA, zodiak, sampai ke calon mertua, semua jadi satu. Entah kok bisa nyambung.
Hari ini saya lagi-lagi sadar. Teman, selain jadi tempat melepas gundah, berbagi tawa, atau pelipur di kala kere, juga sumber nasehat yang nggak kalah ampuhnya sama orang tua. Saya, jujur, belajar BANYAK sekali hal dari teman-teman saya ini. Dan yang mengagetkan, saya merasa belajar SANGAT banyak justru dari Yash. Padahal intensitas saya dan dia bertemu juga tidak sering. Baru akhir-akhir ini kami jadi sering makan bersama. Dulu dulu? Yah, mungkin kalau ketemu di kantin kampus. Kalau tidak? Ya tidak ketemu. Saya bahkan baru-baru ini terpikir untuk menulis cerpen yang terinspirasi olehnya. Entah lah. Saya merasa ia begitu unik. Kebalikan totalnya saya. Kalau saya lebih senang untuk TIDAK jadi sorotan siapa pun, dia justru menyenangi perhatian orang. She wants to be the center of attention. Dan itu nggak saya banget. Tapi saya kagum ada perempuan muda sebebas, se-enggak peduli, se-masa bodoh, tapi juga sebijak dan sedewasa dia. Dalam keadaan apa pun, saya yakin dia tidak akan pernah bisa melihat saya sebagai sosok yang pantas untuk dikagumi, tapi untuk saya, dia bisa. Kapan-kapan saya akan menuliskan tentangnya di postingan yang lebih spesifik. Kalian harus kenal perempuan hebat ini :)
Intinya, hari ini saya suka. Walau pun dari siang sampai sore saya cuma ngelamun bego di kamar, Maghrib sampai malamnya saya bisa ketemu teman-teman saya lagi. Saya dapet charger semangat. Saya dapat banyak saran, cerita dan nasehat. Dari mulai ngecengin cowok-cowok SMA di McD, ngeributin gimana caranya bagi waktu antara internetan, nonton Running Man sama nulis skripsi, sampai diliatin ganas sama ibu-ibu penyetan gara-gara ngomongin calon-calon ibu mertua yang nggak banget. Masa-masa menyenangkan seperti ini, rasa-rasanya pengen saya kristalisasi. Supaya esok, lusa, entah kapan, saya bisa melihatnya lagi, dan ikut tertawa akan bagaimana kami pernah begitu muda, sok tahu dan sok memilah-milah ibu mertua seperti apa yang anak laki-lakinya boleh menikahi kami. I felt so young at that time :)
Dan kemudian saya kembali. Duduk di depan laptop dan kipas buluk saya, lalu merenung. Ya, bodoh sekali kalau hidup ini saya habiskan hanya untuk bersedih akan hal-hal kecil. Kita muda. Masih ada banyak hal menarik di luar sana yang jauh lebih menyenangkan untuk dilakukan dari pada mengurung diri dan memutuskan untuk terus berduka. Apalagi untuk hal-hal yang belum tentu juga ikut berduka untuk kita.
Dan hidup ini. Hidup ini milik siapa lagi kalau bukan saya? Kalau saya memilih bersedih, lantas orang lain bisa apa? Jangan gantungkan kebahagiaanmu di tangan orang lain. Karena itu lah saya memilih bahagia. Memilih bahagia untuk saya. Selagi saya masih sendiri, masih belum terbebani dengan urusan keluarga, anak, suami, dan lain sebagainya, dan sudah cukup dewasa untuk menghidupi dirinya sendiri, kenapa tidak memilih untuk benar-benar merasakan jadi muda?
We are only young once. No matter how depressed we are, how sad this moment could be, life won't stop for anybody. It won't wait for you. For me. For us. So, try to live in the moment. Make every second counts. Because we're never going to be as young as we are tonight. Why not choose to be happy?
Jogja, terima kasih untuk malam yang begitu menyenangkan.
Hari ini saya suka. Saya suka sekali hari ini.
No comments:
Post a Comment